Sabtu, 26 Agustus 2017

Perkantoran di Brabasan yang sepi


MESUJI (Lampost.co) -- Desa Brabasan, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Mesuji, sempat menjadi ibu kota sementara kabupaten setempat. Desa yang tidak terlalu ramai itu dipilih menjadi alternatif menunggu kantor bupati dan gedung DPRD di Wiralagamulya rampung dibangun.(Berita unik Lampung,
Setelah terpilih menjadi ibu kota sementara, Desa Brabasan mendadak menjadi ramai seperti kota. Ibarat bunga, Desa Brabasan mulai muncul kuntum bunga. Ekonomi bergerak. Selain sewa-menyewa, harga tanah di wilayah tersebut melambung.
Sebelum menjadi pusat kegiatan pemerintahan, harga tanah di daerah berdekatan hutan Register 45 Sungaibuaya itu hanya Rp30—50 juta/hektare di 2008. Namun saat semua perkantoran di desa tersebut berdiri, tanah melejit menjadi Rp150 juta—Rp200 juta/ha.
Kondisi itu sungguh berbeda dengan ibu kota kecamatan lainnya di Kabupaten Mesuji. Dari tujuh kecamatan, hanya Kecamatan Simpangpematang yang bisa menyaingi keramaian Brabasan. Itu pun karena Desa Simpangpematang merupakan pusat ekonomi di Mesuji.
Namun sayang, Desa Brabasan akhirnya kembali sepi setelah sembilan tahun merasakan sebagai ibu kota sementara Kabupaten Mesuji. Semua itu karena sejak Januari 2017, semua perkantoran menempati kompleks kantor bupati dan DPRD di Wiralagamulya.
Mulai dari Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas PMD, Inspektorat dan Dinas Pendapatan, serta Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Menyusul BKD, kantor Pol PP, dan Diskes. Hingga kantor Sekretariat Pemkab juga pindah ke kompleks tersebut.
Lalu, semua dinas akhirnya berkantor di Wiralagamulya. Praktis, setelah semua perkantoran pindah, Desa Brabasan menjadi sepi. Rumah-rumah kontrakan mulai kosong. Gedung-gedung di kompleks sekretariat pemkab yang ditinggalkan pun menjadi lengang.
“Kalaupun masih ada pegawai, itu cuma mau menghabiskan sisa kontraknya saja, Mas, sampai Desember. Sebab, kalau mereka mau pindah tanggung. Lebih baik menghabiskan sewa kontrakan dulu,” ujar Sumiyah, ibu rumah tangga di Brabasan.
Ia mengaku saat ini situasi di Brabasan mulai lesu. Pemantauan Lampung Post, beberapa indekos di seputar Desa Brabasan banyak yang tutup. Rumah-rumah yang sebelumnya ditempati sebagai kantor salah satu dinas, juga tutup.

Brabasan, Ibu Kota yang Terlupakan (2)

Perkantoran di Brabasan yang sepi


MESUJI (Lampost.co) -- Desa Brabasan, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Mesuji, sempat menjadi ibu kota sementara kabupaten setempat. Desa yang tidak terlalu ramai itu dipilih menjadi alternatif menunggu kantor bupati dan gedung DPRD di Wiralagamulya rampung dibangun.(Berita unik Lampung,
Setelah terpilih menjadi ibu kota sementara, Desa Brabasan mendadak menjadi ramai seperti kota. Ibarat bunga, Desa Brabasan mulai muncul kuntum bunga. Ekonomi bergerak. Selain sewa-menyewa, harga tanah di wilayah tersebut melambung.
Sebelum menjadi pusat kegiatan pemerintahan, harga tanah di daerah berdekatan hutan Register 45 Sungaibuaya itu hanya Rp30—50 juta/hektare di 2008. Namun saat semua perkantoran di desa tersebut berdiri, tanah melejit menjadi Rp150 juta—Rp200 juta/ha.
Kondisi itu sungguh berbeda dengan ibu kota kecamatan lainnya di Kabupaten Mesuji. Dari tujuh kecamatan, hanya Kecamatan Simpangpematang yang bisa menyaingi keramaian Brabasan. Itu pun karena Desa Simpangpematang merupakan pusat ekonomi di Mesuji.
Namun sayang, Desa Brabasan akhirnya kembali sepi setelah sembilan tahun merasakan sebagai ibu kota sementara Kabupaten Mesuji. Semua itu karena sejak Januari 2017, semua perkantoran menempati kompleks kantor bupati dan DPRD di Wiralagamulya.
Mulai dari Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas PMD, Inspektorat dan Dinas Pendapatan, serta Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Menyusul BKD, kantor Pol PP, dan Diskes. Hingga kantor Sekretariat Pemkab juga pindah ke kompleks tersebut.
Lalu, semua dinas akhirnya berkantor di Wiralagamulya. Praktis, setelah semua perkantoran pindah, Desa Brabasan menjadi sepi. Rumah-rumah kontrakan mulai kosong. Gedung-gedung di kompleks sekretariat pemkab yang ditinggalkan pun menjadi lengang.
“Kalaupun masih ada pegawai, itu cuma mau menghabiskan sisa kontraknya saja, Mas, sampai Desember. Sebab, kalau mereka mau pindah tanggung. Lebih baik menghabiskan sewa kontrakan dulu,” ujar Sumiyah, ibu rumah tangga di Brabasan.
Ia mengaku saat ini situasi di Brabasan mulai lesu. Pemantauan Lampung Post, beberapa indekos di seputar Desa Brabasan banyak yang tutup. Rumah-rumah yang sebelumnya ditempati sebagai kantor salah satu dinas, juga tutup.



Gedung perkantoran Pemkab Mesuji di Desa Brabasan menjadi sepi sejak pindah ke lokasi baru di Wiralagamulya, Rabu (23/8/2017). LAMPUNG POST/JUAN SANTOSO

MESUJI (Lampost.co) -- Layu sebelum berkembang. Ungkapan tersebut sangat tepat menggambarkan kondisi Desa Brabasan, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Mesuji, saat ini.  (berita lampung, berita unik lampung)
Betapa tidak, desa transmigrasi berjarak 12 km dari jalur lintas timur (Jalintim) Simpangpematang dan 20 km dari lokasi ibu kota kabupaten di Desa Wiralagamulya, Kecamatan Mesuji, itu ketiban rezeki nomplok.
Sebab, awal berdiri Mesuji menjadi daerah otonomi baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Kabupaten Mesuji, letak kantor-kantor persiapan kabupaten menjadi isu yang sensitif. Di awal-awal kabupaten pemekaran Tulangbawang itu lahir, terjadi tarik-menarik tempat perkantoran sementara untuk menjalankan roda pemerintahan. Opsinya adalah antara Desa Simpangpematang dan Wiralagamulya.
Simpangpematang meski ramai dan fasilitas lengkap tidak menjadi pilihan karena terlalu jauh dari Desa Wiralaga sebagai cikal bakal Kabupaten Mesuji. Demikian juga di Wiralaga, jika dipaksakan juga tidak mendukung infrastrukturnya.
Sebab, situasi politik saat itu dan letak geografis Desa Brabasan, desa yang tidak terlalu ramai itu dipilih menjadi alternatif ibu kota kabupaten, sementara menunggu kesiapan kantor bupati dan gedung DPRD di Wiralagamulya rampung.
Setelah terpilih menjadi ibu kota sementara, desa yang tadinya sepi, mendadak menjadi ramai seperti kota. Hal itu karena semua aktivitas pemerintahan, baik kantor bupati maupun seluruh kantor dinas terpusat di ibu kota Kecamatan Tanjungraya itu.
Pasar yang sebelumnya hanya ada dua kali seminggu, menjadi sibuk setiap hari. Sebab, seluruh pegawai Pemkab beraktivitas dan tinggal di desa tersebut, sehingga aktivitas jual beli meningkat setiap hari. Terlebih usai gajian pegawai.
Belum lagi rumah-rumah penduduk di sekitar Desa Brabasan disulap menjadi kantor-kantor. Begitu juga dengan bangunan indekos menjamur bak cendawan di musim hujan. Ibarat bunga, Desa Brabasan mulai muncul kuntum bunga. Ekonomi bergerak.
Sewa indekos, rumah, dan ruko melejit, mulai dari Rp35 juta untuk rumah dinas bupati, wakil bupati, sekkab, dan perkantoran lain. Untuk indekos mulai dari Rp7 juta—Rp10 juta per tahun.

Sumber : Lampost.co 

Brabasan, Ibu Kota Kabupaten yang Terlupakan



Gedung perkantoran Pemkab Mesuji di Desa Brabasan menjadi sepi sejak pindah ke lokasi baru di Wiralagamulya, Rabu (23/8/2017). LAMPUNG POST/JUAN SANTOSO

MESUJI (Lampost.co) -- Layu sebelum berkembang. Ungkapan tersebut sangat tepat menggambarkan kondisi Desa Brabasan, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Mesuji, saat ini.  (berita lampung, berita unik lampung)
Betapa tidak, desa transmigrasi berjarak 12 km dari jalur lintas timur (Jalintim) Simpangpematang dan 20 km dari lokasi ibu kota kabupaten di Desa Wiralagamulya, Kecamatan Mesuji, itu ketiban rezeki nomplok.
Sebab, awal berdiri Mesuji menjadi daerah otonomi baru berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Kabupaten Mesuji, letak kantor-kantor persiapan kabupaten menjadi isu yang sensitif. Di awal-awal kabupaten pemekaran Tulangbawang itu lahir, terjadi tarik-menarik tempat perkantoran sementara untuk menjalankan roda pemerintahan. Opsinya adalah antara Desa Simpangpematang dan Wiralagamulya.
Simpangpematang meski ramai dan fasilitas lengkap tidak menjadi pilihan karena terlalu jauh dari Desa Wiralaga sebagai cikal bakal Kabupaten Mesuji. Demikian juga di Wiralaga, jika dipaksakan juga tidak mendukung infrastrukturnya.
Sebab, situasi politik saat itu dan letak geografis Desa Brabasan, desa yang tidak terlalu ramai itu dipilih menjadi alternatif ibu kota kabupaten, sementara menunggu kesiapan kantor bupati dan gedung DPRD di Wiralagamulya rampung.
Setelah terpilih menjadi ibu kota sementara, desa yang tadinya sepi, mendadak menjadi ramai seperti kota. Hal itu karena semua aktivitas pemerintahan, baik kantor bupati maupun seluruh kantor dinas terpusat di ibu kota Kecamatan Tanjungraya itu.
Pasar yang sebelumnya hanya ada dua kali seminggu, menjadi sibuk setiap hari. Sebab, seluruh pegawai Pemkab beraktivitas dan tinggal di desa tersebut, sehingga aktivitas jual beli meningkat setiap hari. Terlebih usai gajian pegawai.
Belum lagi rumah-rumah penduduk di sekitar Desa Brabasan disulap menjadi kantor-kantor. Begitu juga dengan bangunan indekos menjamur bak cendawan di musim hujan. Ibarat bunga, Desa Brabasan mulai muncul kuntum bunga. Ekonomi bergerak.
Sewa indekos, rumah, dan ruko melejit, mulai dari Rp35 juta untuk rumah dinas bupati, wakil bupati, sekkab, dan perkantoran lain. Untuk indekos mulai dari Rp7 juta—Rp10 juta per tahun.

Sumber : Lampost.co